Senin, 31 Januari 2011

Bloody Egypt

Mesir Berdarah, Rezim Mubarak Dipaksa Bubar
Rezim Hosnu Mubarak yang zalim jadi alasan utama demonstran melancarkan revolusi jalanan. Gerakan massa di Kairo juga mirip aksi di Tunisia yang sukses menggulingkan presidennya. Kairo bakal berdarah-darah layaknya Tunisia.

Unjuk rasa besar-besaran mulai Selasa (25/1) sampai Rabu (26/1) dilakukan serempak di se­jum­lah kota di Mesir. Pihak ke­ama­nan kelelahan dan kewalahan ber­jibaku dalam demonstrasi ter­besar Mesir beberapa tahun ter­akhir. Kemarahan rakyat bisa di­mengerti karena rezim otoriter Pre­siden Hosni Mubarak tidak mam­pu menyelesaikan krisis eko­nomi yang berkepanjangan.

Dalam demonstrasi kemarin, sedikitnya dua demonstran dan seorang polisi tewas setelah ter­­li­bat baku hantam. “Turun­kan Hos­ni Mubarak, turunkan sang tiran. Ka­­­mi tidak mengi­nginkan eng­kau!” teriak para de­monstran di Kairo, ibukota Mesir.

Demonstrasi massal di Mesir itu terinspirasi oleh gerakan mas­sa di Tunisia beberapa pekan se­belumnya. Didera masalah se­rupa, yaitu mahalnya harga ke­bu­tuhan pokok dan tingginya ting­kat pengangguran, rakyat Tunisia berhasil membuat presiden yang telah berkuasa selama 23 tahun, Zine Ben Ali, jatuh dan kabur keluar negeri pada 14 Januari.

Ketidakpuasan atas lamban­nya pemerintahan Mubarak meng­atasi krisis ekonomi mem­buat se­bagian kalangan di Mesir ma­rah. Mereka juga tidak tahan di­tekan rezim Mubarak, yang di­anggap selalu bertindak se­we­nang-we­nang dan otoriter.

Para demonstran kom­pak me­nyebut aksi Selasa ke­marin sebagai hari “revolusi atas pe­nyiksaan, kemiskinan, korupsi, dan pe­ngangguran.” Belum ada ke­pastian apakah demonstrasi akan terus berlanjut. Tapi meru­juk pada eskalasi kerusuhan di Tunisia, Kairo dan kota lainnya di Mesir terancam lebih “ber­darah-darah”.

“Ini merupakan kali pertama saya ikut unjuk rasa. Kami sudah menjadi bangsa penakut, namun akhirnya kami berani menga­takan tidak,” kata Ismail Syed, seorang pekerja hotel yang hanya mendapat upah sekitar 50 dolar AS per bulan atau tidak sampai Rp 500 ribu.

“Kami ingin perubahan, sama seperti di Tunisia,” kata Lamia Rayan.

Sementara itu, pemerintah menyesalkan sikap anarkis para pengunjuk rasa sehingga terjadi bentrokan. “Ada yang sampai melempar batu ke polisi dan yang lainnya berbuat rusuh dan meru­sak properti negara,” demikian pernyataan Kementerian Dalam Negeri. Karena itulah, menu­rutnya, pemerintah harus meng­ambil tindakan keras.

Hampir setengah dari total populasi Mesir yang berjumlah 80 juta jiwa hidup di bawah atau sedikit di atas garis kemiskinan, yang menurut standar PBB ada­lah 2 dolar AS per hari. Meluas­nya kemiskinan, tingginya ting­kat pengangguran dan inflasi harga pangan menjadi tantangan besar bagi rezim Mubarak.

Selain itu, Mesir juga meng­alami ketegangan antara kaum Muslim dengan Kristen Koptik.

Mubarak telah memerintah Mesir sejak 1981 dan kini sudah berusia 82 tahun. Namun, dia be­lum menentukan sikap apakah akan kembali mencalonkan diri se­bagai presiden untuk enam ta­hun berikut atau memilih pensiun.

Menyusul aksi demo yang melanda Mesir, putra Presiden Mesir Hosni Mubarak, Gamal Mubarak, pergi meninggalkan negeri itu beserta keluarganya. Gamal bersama istri dan anak perempuannya bertolak menuju London, Inggris.

Menurut situs berbahasa Arab yang berbasis di AS, Akhbar al-Arab, pesawat yang mengangkut Gamal dan keluarganya bertolak dari sebuah bandara di Kairo barat pada Selasa, 25 Januari waktu se­tempat. Demikian se­perti di­lansir media The Times of India, Rabu (26/1/2011). [RM]

Pemutusan Akses Internet Mesir Terburuk dalam Sejarah

internet Pemutusan Akses Internet Mesir Terburuk dalam SejarahAksi demontasi yang terjadi di Mesir berimbas pula pada sektor informasi tehnologi, merekapun melakukan pemutusan jaringan internet. Aksi pemutusan jaringan internet inipun dianggap sebagai hal terburuk yang pernah terjadi sepanjang sejarah internet.

Padahal tidak hanya pengguna jejaring sosial dan aktivis kemanusiaan di seluruh dunia, pengguna internet secara keseluruhan serta pemimpin negara, termasuk Presiden AS Barack Obama, pun mengutuk akses pemerintah Mesir yang memutus jalur komunikasi, baik telepon maupun dunia cyber. Langkah pemerintah Mesir ini dilakukan dengan alasan untuk mencegah demonstrasi merebak lebih luas lagi.

“Pemutusan komunikasi ini merupakan yang pertama dan terbesar di sepanjang sejarah internet di dunia,” ujar ahli jaringan dari Trend Micro, Rik Ferguson, seperti dikutip melalui Terra.net, Senin (31/1/2011).

Co-founder Cedexis, Julien Coulon, juga mengatakan hal yang sama. Perusahaan asal Prancis yang menyediakan sistem manajemen trafik dan monitoring performa internet itu mengatakan bahwa dalam kurun 24 jam, mereka telah kehilangan 97 persen trafik internet dari Mesir.

Bahkan menurut perusahaan monitoring internet asal AS, Renesys, empat penyedia layanan internet di Mesir telah memutuskan akses internasional pelanggannya secara simultan pada hari demonstrasi terjadi. Padahal jumlah pengguna internet di Mesir mencapai 23 juta orang, atau lebih dari seperempat populasi secara keseluruhan di negara tersebut.

“Ke empat penyedia layanan internet yang dimaksud adalah Link Egypt, Vodafone/Raya, Telecom Egypt dan Etisalat Misr. Satu-satunya penyedia internet yang masih aktif adalah Noor Group namun pelanggannya hanya sedikit. Kami tidak tahu mengapa hanya Noor Group yang masih aktif tapi yang jelas situs bursa saham Mesir (Egyptian Stock Exchange) masih bisa diakses di domain Noor itu,” ujar peneliti jaringan dari Renesys, James Cowie.

Jalur komunikasi seluler di Mesir pun terputus. Hampir seluruh layanan komunikasi di Mesir tidak berfungsi. Para penyedia jasa komunikasi mengakui adanya perintah dari pemerintah Mesir yang memaksa mereka untuk memutus akses komunikasi.

“Tidak hanya kami, seluruh penyedia komunikasi seluler di Mesir diharuskan memutus layanan di beberapa wilayah. Perintah ini mutlak dan tak bisa ditolak, kami harus patuh. Sebelumnya tidak ada peringatan apa-apa. Semua kebijakan itu datang tiba-tiba,” ujar juru bicara Telecom Orange yang memiliki perusahaan telekomunikasi di Mesir bernama ECMS.

Seluruh warga Mesir tidak lagi bisa berkomunikasi, baik melalui saluran telepon maupun internet. Facebook, Twitter bahkan akses jaringan internasional diputus. Bahkan menurut kabar yang menyebar di Twitter, kantor berita Al Jazeera juga akan dihentikan tayangannya. (okezone.com)

Banyak Pesawat Berebut Mendarat di Mesir
VIVAnews - Sejumlah negara awal pekan ini mulai sibuk mengevakuasi warga mereka dari Mesir, yang tengah bergejolak. Namun, lalu lintas penerbangan di Mesir kini tengah kacau karena banyak pesawat yang berebut ingin mendarat di Mesir. Selain itu, jadwal kerja para awak maskapai penerbangan di Mesir juga kacau karena pemberlakuan jam malam.

Menurut kantor berita Associated Press, kekacauan melanda para calon penumpang yang sudah membanjiri bandara internasional di Kairo, Mesir. "Situasinya sudah mirip kebun binatang, kacau sekali," kata Justine Khanzadian, seorang warga Mesir yang ingin ke luar negeri. "Saya memilih pergi karena gelombang protes, pemerintah di sini tidak berjalan stabil," kata mahasiswa American University di Kairo.

Para awak maskapai EgyptAir pun tidak bisa datang tepat waktu karena pemberlakukan jam malam dari pukul tiga sore hingga delapan pagi. Banyaknya barikade di jalan-jalan juga membuat lalu lintas di Kairo menjadi tambah macet.

Sementara itu sejumlah negara dalam waktu bersamaan mengirim pesawat-pesawat untuk mengevakuasi warga masing-masing. Amerika Serikat (AS) menyatakan telah mengevakuasi lebih dari 1.200 warganya melalui pesawat sewaan. AS pun akan menjemput 1.400 orang lagi dalam beberapa hari mendatang.

Menurut Departemen Luar Negeri AS, pada Senin malam sudah ada enam pesawat sewaan yang telah mengangkut warga Amerika ke sejumlah tujuan terdekat, yaitu Siprus, Yunani, dan Turki.

Pemerintah Jerman juga mengirim pesawat khusus milik maskapai Lufthansa pada Senin malam di menjemput warga mereka dari Kairo. "Kami sudah menunggu tiga hari untuk terbang. Namun EgyptAir sudah membatalkan jadwal. Maka kami senang bisa naik Lufthansa untuk keluar dari Mesir," kata Guenther Kremer. Dia mengatakan situasi di Kairo sangat kacau.

Irak pun mengevakuasi para warganya dari Mesir dengan mengerahkan tiga pesawat. Salah satu pesawat adalah kendaraan dinas milik perdana menteri Irak.

Inggris, India, Portugal, China, Kanada, Azerbaijan, Denmark, dan Turki juga mengirim pesawat. Begitu pula dengan Indonesia.

Konsekuensinya, banyak pesawat harus bergilir untuk bisa mendarat di Mesir dan terbang secepatnya. Masalahnya, mereka tidak didukung oleh awak di darat yang memadai.
• VIVAnews

Aksi Sejuta Warga, Sambungan Ponsel Mati
VIVAnews - Pemerintah Mesir kembali memerintahkan semua operator telepon seluler (ponsel) untuk mematikan layanan mereka hari ini. Keputusan itu diambil menjelang unjuk rasa "sejuta orang" yang akan berlangsung di Ibukota Kairo, Selasa 1 Februari 2011. Aksi protes menentang Presiden Hosni Mubarak juga akan terus berlangsung di kota-kota lain di Mesir.

Menurut stasiun berita CNN, Kementerian Informasi Mesir menyatakan bahwa semua jaringan ponsel di Negeri Piramid itu "akan mati dalam beberapa jam" jelang aksi massal sejuta orang di Kairo. Selain ponsel, internet pun tidak berfungsi.

Kementrian Informasi juga mengungkapkan bahwa salah satu penyedia layanan internet terbesar di Mesir, Noor Group, untuk sementara telah menghentikan layanan. Ini bukan kali pertama pemerintah Mesir memutus semua jaringan ponsel dan internet.

Jelang aksi demonstrasi massal Jumat pekan lalu, rakyat Mesir tidak bisa mengakses jaringan internet maupun bertelepon dengan ponsel setelah semua layanan diblokir pemerintah. Namun, pemasungan itu tetap tidak bisa mencegah aksi besar-besaran, yang akhirnya berujung pada kerusuhan dan penjarahan di banyak tempat.

Sementara itu, pasukan militer telah menyiapkan banyak barikade di sejumlah posisi strategis di Kairo. Para demonstran kepada CNN juga mengungkapkan bahwa aksi massa besar-besaran juga akan berlangsung di Kota Alexandria.
• VIVAnews

Valentine's Day HIstory

Hari Valentine (bahasa Inggris: ”Valentine’s Day”), pada tanggal 14 Februari adalah sebuah hari di mana para kekasih dan mereka yang sedang jatuh cinta menyatakan cintanya di Dunia Barat. Asal-muasalnya yang gelap sebagai sebuah hari raya Katolik Roma didiskusikan di artikel Santo Valentinus. Beberapa pembaca mungkin ingin membaca entri Valentinius pula. Hari raya ini tidak mungkin diasosiasikan dengan cinta yang romantis sebelum akhir Abad Pertengahan ketika konsep-konsep macam ini diciptakan.

Hari raya ini sekarang terutama diasosiasikan dengan para pencinta yang saling bertukaran notisi-notisi dalam bentuk “valentines”. Simbol modern Valentine antara lain termasuk sebuah kartu berbentuk hati dan gambar sebuah Cupido (Inggris: ”cupid”) bersayap. Mulai abad ke-19, tradisi penulisan notisi pernyataan cinta mengawali produksi kartu ucapan secara massal. ”The Greeting Card Association” (Asosiasi Kartu Ucapan AS) memperkirakan bahwa di seluruh dunia sekitar satu milyar kartu valentine dikirimkan per tahun. Hal ini membuat hari raya ini merupakan hari raya terbesar kedua setelah Natal di mana kartu-kartu ucapan dikirimkan. Asosiasi yang sama ini juga memperkirakan bahwa para wanitalah yang membeli kurang lebih 85% dari semua kartu valentine.

Di Amerika Serikat mulai pada paruh kedua abad ke-20, tradisi bertukaran kartu diperluas dan termasuk pula pemberian segala macam hadiah, biasanya oleh pria kepada wanita. Hadiah-hadiahnya biasa berupa bunga mawar dan cokelat. Mulai tahun 1980-an, industri berlian mulai mempromosikan hari Valentine sebagai sebuah kesempatan untuk memberikan perhiasan.

Sebuah kencan pada hari Valentine seringkali dianggap bahwa pasangan yang sedang kencan terlibat dalam sebuah relasi serius. Sebenarnya valentine itu Merupakan hari Percintaan, bukan hanya kepada Pacar ataupun kekasih, Valentine merupakan hari terbesar dalam soal Percintaan dan bukan berarti selain valentine tidak merasakan cinta.

Di Amerika Serikat hari raya ini lalu diasosiasikan dengan ucapan umum cinta platonik “Happy Valentine’s”, yang bisa diucapkan oleh pria kepada teman wanita mereka, ataupun, teman pria kepada teman prianya dan teman wanita kepada teman wanitanya.

Sejarah Hari Valentine


Perayaan Kesuburan bulan Februari

Asosiasi pertengahan bulan Februari dengan cinta dan kesuburan sudah ada sejak dahulukala. Menurut tarikh kalender Athena kuno, periode antara pertengahan Januari dengan pertengahan Februari adalah bulan Gamelion, yang dipersembahkan kepada pernikahan suci Dewa Zeus dan Hera.

Di Roma kuno, 15 Februari adalah hari raya Lupercalia, sebuah perayaan Lupercus, dewa kesuburan, yang dilambangkan setengah telanjang dan berpakaian kulit kambing. Sebagai bagian dari ritual penyucian, para pendeta Lupercus meyembahkan korban kambing kepada sang dewa dan kemudian setelah minum anggur, mereka akan lari-lari di jejalanan kota Roma sembari membawa potongan-potongan kulit domba dan menyentuh siapa pun yang mereka jumpai. Terutama wanita-wanita muda akan maju secara sukarela karena percaya bahwa dengan itu mereka akan dikarunia kesuburan dan bisa melahirkan dengan mudah.

Hari Raya Gereja

Menurut ”Ensiklopedi Katolik” (”Catholic Encyclopaedia” 1908), nama Valentinus paling tidak bisa merujuk tiga martir atau santo (orang suci) yang berbeda:

• seorang pastur di Roma
• seorang uskup Interamna (modern Terni)
• seorang martir di provinsi Romawi Africa.

Koneksi antara ketiga martir ini dengan hari raya cinta romantis tidak jelas. Bahkan Paus Gelasius I, pada tahun 496, menyatakan bahwa sebenarnya tidak ada yang diketahui mengenai martir-martir ini namun hari 14 Februari ditetapkan sebagai hari raya peringatan santo Valentinus. Ada yang mengatakan bahwa Paus Gelasius I sengaja menetapkan hal ini untuk mengungguli hari raya Lupercalia yang dirayakan pada tanggal 15 Februari.

Sisa-sisa kerangka yang digali dari makam Santo Hyppolytus dia Via Tibertinus dekat Roma, diidentifikasikan sebagai jenazah St. Valentinus. Kemudian ditaruh dalam sebuah peti emas dan dikirim ke gereja Whitefriar Street Carmelite Church di Dublin, Irlandia. Jenazah ini telah diberikan kepada mereka oleh Paus Gregorius XVI pada 1836. Banyak wisatawan sekarang yang berziarah ke gereja ini pada hari Valentine, di mana peti emas diarak-arak dalam sebuah prosesi khusyuk dan dibawa ke sebuah altar tinggi. Pada hari itu sebuah misa khusus diadakan dan dipersembahkan kepada para muda-mudi dan mereka yang sedang menjalin hubungan cinta.

Hari raya ini dihapus dari kalender gerejawi pada tahun 1969 sebagai bagian dari sebuah usaha yang lebih luas untuk menghapus santo-santa yang asal-muasalnya bisa dipertanyakan dan hanya berbasis legenda saja. Namun pesta ini masih dirayakan pada paroki-paroki tertentu.

Valentinius

Guru ilmu Gnostisisme yang berpengaruh Valentinius, adalah seorang calon uskup Roma pada tahun 143. Dalam ajarannya, tempat tidur pelaminan memiliki tempat yang utama dalam versi Cinta Kasih Kristianinya. Penekanannya ini jauh berbeda dengan konsep… dalam agama Kristen yang umum. Stephan A. Hoeller, seorang pakar, menyatakan pendapatnya tentang Valentinius mengenai hal ini: “Selain sakramen permandian, penguatan, ekaristi, imamat dan perminyakan, aliran gnosis Valentinius juga secara prominen menekankan dua sakramen agung dan misterius yang dipanggil “penebusan dosa” (”apolytrosis”) dan “tempat pelaminan”…” http://www.gnosis.org/valentinus.htm.

Era abad pertengahan

Catatan pertama dihubungkannya hari raya Santo Valentinus dengan cinta romantis adalah pada abad ke-14 di Inggris dan Perancis, di mana dipercayai bahwa 14 Februari adalah hari ketika burung mencari pasangan untuk kawin. Kepercayaan ini ditulis pada karya sang sastrawan Inggris pertengahan ternama Geoffrey Chaucer pada abad ke-14. Ia menulis di cerita ”Parlement of Foules (Percakapan Burung-Burung)” bahwa
::”For this was sent on Seynt Valentyne’s day” (“Untuk inilah dikirim pada hari Santo Valentinus”)
::”When every foul cometh there to choose his mate” (“Saat semua burung datang ke sana untuk memilih pasangannya”)

Pada zaman itu bagi para pencinta sudah lazim untuk bertukaran catatan pada hari ini dan memanggil pasangan mereka “Valentine” mereka. Sebuah kartu Valentine yang berasal dari abad ke-14 konon merupakan bagian dari koleksi pernaskahan British Library di London. Kemungkinan besar banyak legenda-legenda mengenai santo Valentinus diciptakan pada zaman ini. Beberapa di antaranya bercerita bahwa:
• Sore hari sebelum santo Valentinus akan gugur sebagai martir (mati syuhada), ia menulis sebuah pernyataan cinta kecil yang diberikannya kepada sipir penjaranya yang tertulis “Dari Valentinusmu”.
• Ketika serdadu Romawi dilarang menikah oleh Kaisar Claudius II, santo Valentinus secara rahasia membantu menikahkan mereka.
Pada kebanyakan versi legenda-legenda ini, 14 Februari dihubungkan dengan keguguran sebagai martir.

Hari Valentine pada era modern

Hari Valentine kemungkinan diimpor oleh Amerika Utara dari Britania Raya, negara yang mengkolonisasi daerah tersebut. Di Amerika Serikat kartu Valentine pertama yang diproduksi secara massal dicetak setelah tahun 1847 oleh Esther A. Howland (1828 – 1904) dari Worcester, Massachusetts. Ayahnya memiliki sebuah toko buku dan toko peralatan kantor yang besar dan ia mendapat ilham untuk memproduksi kartu dari sebuah kartu Valentine Inggris yang ia terima. (Semenjak tahun 2001, The Greeting Card Association setiap tahun mengeluarkan penghargaan “Esther Howland Award for a Greeting Card Visionary”.)

Tradisi Hari Valentine di negara-negara non-Barat


Di Jepang, Hari Valentine sudah muncul berkat marketing besar-besaran, sebagai hari di mana para wanita memberi para pria yang mereka senangi permen cokelat. Namun hal ini tidaklah dilakukan secara sukarela melainkan menjadi sebuah kewajiban, terutama bagi mereka yang bekerja di kantor-kantor. Mereka memberi cokelat kepada para teman kerja pria mereka, kadangkala dengan biaya besar. Cokelat ini disebut sebagai ”Giri-choko”, dari kata ”giri” (kewajiban) dan ”choco” (cokelat). Lalu berkat usaha marketing lebih lanjut, sebuah hari balasan, disebut “Hari Putih”(”White Day”) muncul. Pada hari ini (14 Maret), pria yang sudah mendapat cokelat pada hari Valentine diharapkan memberi sesuatu kembali.

Di Taiwan, sebagai tambahan dari Hari Valentine dan Hari Putih, masih ada satu hari raya lainnya yang mirip dengan kedua hari raya ini ditilik dari fungsinya. Namanya adalah “Hari Raya Anak Perempuan” (”Qi Xi”). Hari ini diadakan pada hari ke-7, bulan ke-7 menurut tarikh kalender kamariyah Tionghoa.

Di Indonesia, budaya bertukaran surat ucapan antar kekasih juga mulai muncul. Budaya ini menjadi bu

daya populer di kalangan anak muda. Bentuk perayaannya bermacam-macam, mulai dari saling berbagi kasih dengan pasangan, orang tua, orang-orang yang kurang beruntung secara materi, dan mengunjungi panti asuhan di mana mereka sangat membutuhkan kasih sayang dari sesama manusia. Pertokoan dan media (stasiun TV, radio, dan majalah remaja) terutama di kota-kota besar di Indonesia marak mengadakan acara-acara yang berkaitan dengan valentine.

Source:beritaterbaru.net